Kesalah
Fahaman
03-05-09. Malam itu
aku tak tau aku harus bahagia atau bagaimana, dia mengatakan perasaannya
kepadaku lewat telvon, dia adalah junior di sekolahku, saat itu aku maisi duduk
di bangku sekolah menengah pertama, dia memnag junior tapi umur dia lebih
senior dari aku, dia adik dari salah satu guru yang mengajar di sekolah itu,
saat itu adalah saat dimana aku belum kenal yang namanya pacaran baru kali itu
aku merasakan hal tersebut, oh tuhan aku tak tau apa yang harus aku katakan aku
tak ingin megecewakan dia dia baik.
Malam itu aku
memutuskan meminta waktu selama 3 hari untuk memikirkan jawaban yang akan aku
berikan kepada dia, tapi karena aku masi labil saat itu aku berfikir dalam 3
hari mana cukup untuk memikirkan hal tersebut di sisi lain aku harus tetap belajar
dan mama tak megisinkan aku berpacaran, kejadian tersebut tak ku beri tau
kepada mama aku takut mama marah, yah namanya juga masi labil belum tau itu
sayang, cinta atau apa.
Aku takut jika aku
menerimanya tapi dia hanya mempermainkan erasaan aku toh dia lebih dewasa dari
aku aku takut dia manfaatin aku, walau dari sosrok matanya menatapku di sekolah
seakan dia penuh harapan itupun kata temanku yang sudah megerti apa itu cinta,
yah di saat itu memnag temanku sudah banyak yang pacaran mungkin cuman aku yang
belum pernh pacaran saat itu semu teman menantang aku jika aku pacaran dengan
dia teman-teman akan memberikan apa ajh yang jelas aku bisa mendapatkan adik
guru itu, sebenarnay teman-teman gak ada yang tau kalau dia telah mengatkan
perasaannya, makanya salah satu teman malah gajak taruhan siapa yang cepat apat
cinta dia, maka tiap ulagan tuh yang kalah gak boleh ikut. Aku kaget
mendegarkan hal tersebut aku panik aku tak tau apa yang aharus aku lakukan.
Sekarang aku bigung
aku tak mau menyakiti perasaan dia bahkan aku juga tak mau jika nilai ulagan
aku nantinya jadi jelak hanya karena aku kalah taruhan mendapatkan hati seorang
cowo yng sudah mengatakan perasaannya kepadaku, aku memberi tau masalah ini
kepada salah satu teman ku, dia malah bilang aku harus terima dia supaya ak
bisa menang, tapi tetap saja aku tak bisa melakukan hal tersebut.
Hari ketiga pun
akhirnya tiba, aku memberikan jawaban penolakan kepada dia karena aku tak ingin
menyakiti perasaannya biarkan saja aku mencoba untuk pacaran wlau teman-teman
sudh mempegaruhi agar aku mencoba untuk pacaran aku tetap tak mau, aku ingin
membuktikan kepada mama kalau aku tak akan pacaran, walau dia kecewa
mendegarkan keputusan aku tap aku mencoba memberikan dia pegertian atas
penolakan aku itu.
Beberapa saat kemudiayan
teman aku yang gajak aku taruhan membawa dia masuk kedala kelas dan memberi tau
bahwa sekarang mereka pacaran, aku tak tau apa yang harus aku lakukan saat itu,
api teman aku yang pernah aku beri tau bahwa dia perna menggungkapkan
perasaannya kepadaku memberi tau kepada semua teman kalau sebenarnya dia telah
aku tolak, semua yang ada dalam kelas malah terdiam mendegarkan hal tersebut,
akupun megiyakan apa yang dikatakan teman aku itu begitupun dengan dia, aku
senang setidaknya dia bisa bahagi walau dia hanya di jadikan sebagai taruhan
belaka oleh temanku.
Beberapa teman
memberikana tepuk tangan atas keputusan yang aku berikan, dan salah satu teman
cowo malah bereria uadalah susi kamu kalah dengan dwi dia bahkan menolh lelaki
yang ingin kamu jadikan sebagai taruhan malah sudah mengatakan perasaannya
kepada dwi tapi malah dia menolak udahlah kamu tuh kalah jadi besok ujiyan
biologi gak usah ikut kamu, itu kamu sendiri yang buat loh jangan lupa yah, dia
yang mendegarkan hal tersebut pergi meninggalkan kelasku, aku rasa dia kecewa
dengan hal tersebut. Nad kamu kok gak bisa sih jaga mulut kamu tuh anak orang
sedih karena kamu gomong kaya gitu.
Dwi, kamu kok erhatiyan baget
sih, apa jaganjagan kamu suka lagi sama dia (ucap nadi sambil megejek).
Gak lah, cuman kan kasiyan (pergi
meniggalkan kelas)
Kamu gak apa-apa,kamu
jagan degerin kata-kata temanku yah mereka cuman bercanda kok. Guru yang juga
kakaknya ternyaa telah berada di kelas tersebut dan melihat kedektan kami,
malah mengirim sms ke aku katanya pacaran jagan di sekolah. Aku yang membaca
sms tersebut kaget, jagan-jangan dia telah mengatan smuanya kepada kakaknya aku
kelua kelas lewat pintu elakang karena malu. Hari demi hari aku menjadi bahan
olok-olokan gueu dan juga para tetangga rumahnya bahwa aku telah pacaran
padahal sebenarnya tidak, aku cuman ganggap dia kakak. Mama yang akhirnya
mengetahui hal tersebut, malah nanya terus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar