dengarkan musik



Kamis, 27 Oktober 2016

Muhammad peletak pembinaan peradaban islam



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik. Berkaitan dengan itu kita bisa mengetahui kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lalu, terutama bagi umat Islam. Islam berkembang dengan pesat hampir semua ke lapisan masyarakat. Hal itu tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam mempertahankan dan juga dalam menyebarkan Islam sebagai agama Tauhid yang diridhoi. Perkembangan Islam pada zaman nabi Muhammad saw inilah merupakan titik tolak perubahan peradaban kearah yang lebih maju. Maka tidak heran para sejarawan mencatat bahwa Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW merupakan Islam yang luar biasa pengaruhnya.
Pada awal mula Nabi Muhammad mendapatkan wahyu dari Allah SWT, yang isinya menyeru manusia untuk beribadah kepadanya, mendapat tantangan yang besar dari berbagai kalangan Quraisy. Hal ini terjadi karena pada masa itu kaum Quraisy mempunyai sesembahan lain yaitu berhala-berhala yang dibuat oleh mereka sendiri. Karena keadaan yang demikian itulah, dakwah pertama yang dilakukan di Makkah dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi, terlebih karena jumlah orang yang masuk Islam sangat sedikit. Keadaan ini berubah ketika jumlah orang yang memeluk Islam semakin hari semakin banyak, Allah pun memerintah Nabi-Nya untuk melakukan dakwah secara terang-terangan.
Bertambahnya penganut agama baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad, membuat kemapanan spiritual yang sudah lama mengakar di kaum Quraisy menjadi terancam. Karena hal inilah mereka berusaha dengan semaksimal mungkin mengganggu dan menghentikan dakwah tersebut. Dengan cara diplomasi dan kekerasa mereka lakukan. Merasa terancan, Allah pin memerintahkan Nabi Muhammad untuk berhijrah ke kota Madinah. Disinilah babak baru kemajuan Islam dimulai.
B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana keadaan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika Fase Makkah?
2.      Apa saja peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada saat Fase Madinah?
C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui keadaan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika Fase Makkah
2.      Untuk mengetahui peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada saat Fase Madinah


BAB II
PEMBAHASAN
A.      Fase Mekkah
1.    Sebelum Masa Kerasulan Nabi Muhammad saw
Ketika Nabi Muhammad SAW lahir, Mekkah adalah kota yang sangat penting dan terkenal diantara kota-kota di negeri arab. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman di selatan dan Syria di utara. Dengan adanya Ka'bah di tengah kota, Mekkah menjadi pusat keagamaan Arab. Ka'bah adalah tempat mereka berziarah. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama, Hubal, yang dianggap sebagai dewa terbesar. Berhala-berhala itu mereka jadikan tempat menanyakan dan mengetahui nasib baik dan nasib buruk.
Nabi Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Ayahnya bernama Abdullah anak dari Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah. Tahun kelahiran Nabi terkenal dengan nama tahun gajah (570 M). Dinamakan demikian karena pada tahun itu pasukan Abrahah, gubernur kerajaan Habsyi (Ethiopia) dengan menunggang gajah menyerbu Mekkah untuk menghancurkan Ka'bah.
Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal dunia 3 bulan setelah dia menikahi Aminah. Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh, Halimah Sa'diyyah sampai usia 4 tahun. Setelah itu, kurang lebih 2 tahun Ia berada dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika menginjak usia 6 tahun dia menjadi yatim piatu, seakan-akan Allah SWT ingin melaksanakan sendiri pendidikan Muhammad, orang yang dipersiapkan untuk membawa risalah-Nya yang terakhir. Allah SWT berfirman: "Bukankah Allah mendapatimu sebagai anak yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Allah mendapatimu sebagai orang yang bingung, lalu Dia memberimu petunjuk" (QS 95: 6-7).
Setelah Aminah meninggal, Abdul Muthalib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad. Namun, 2 tahun kemudian dia meninggal dunia karena renta. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Seperti juga Abdul Muthalib, dia sangat disegani dan dihormati orang Quraisy dan penduduk Mekkah secara keseluruhan, tetapi dia miskin. Dalam usia muda Muhammad hidup sebagai penggembala kambing keluarganya dan kambing penduduk kota Mekkah. Melalui kegiatan penggembalaan ini dia menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Dalam suasana demikian, dia ingin melihat sesuatu dibalik semuanya. Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga Ia terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya, karena itu sejak muda Ia sudah dijulukial-amin, orang yang terpercaya.
Nabi Muhammad SAW ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke Syam (Syria) dalam usia 12 tahun. Kafilah itu dipimpin oleh Abu Thalib. Dalam perjalanan ini, di Bushra, sebelah selatan Syria, Ia bertemu dengan pendeta Kristen bernama Buhairah. Pendeta ini melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian sumber menceritakan bahwa pendeta itu menasehatkan Abu Thalib agar jangan terlalu jauh memasuki daerah Syria, sebab dikuatirkan orang-orang Yahudi yang mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat terhadapnya.
Pada usia yang ke 25, Muhammad berangkat ke Syria dengan membawa barang dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khadijah. Dalam perdagangan ini, Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah kemudian melamarnya. Lamaran ini diterima dan perkawinan segera dilaksanakan ketika usia Muhammad 25 tahun dan Khadijah 40 tahun. Mereka kemudian di karuniai 6 orang anak, 2 putera dan 4 puteri: Qasim, Abdullah, ZainabRuqayahUmmu Kulsum, dan Fatimah. Kedua puteranya meninggal waktu kecil. Nabi Muhammad tidak menikah lagi sampai Khadijah meninggal ketika Muhammad berusia 50 tahun.
2.    Masa Kerasulan Nabi Muhammad saw
Di usia 14 pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Siti Khadijah, Nabi Muhammad SAW sering menyendiri dan berkhalwat di gua Hira, yaitu gua yang berada di bukit Nur (jabal Nur) yang terletak di dekat Makkah. Pada malam bertepatan dengan malam Jum’at tanggal 17 Ramadhan, yaitu ketika beliau sedang bertafakur di dalam gua Hira dan telah berusia empat puluh tahun, beliau didatangi malaikat Jibril yang seraya berkata kepadanya: “Bacalah!”, beliau menjawab: “Saya tidak bisa membaca”. Jibril mengulangi perintah ini untuk kedua kalinya dan ketiga kalinya. Dan pada yang ketiga kalinya, Jibril berkata kepadanya Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha mulia;Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam;  Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya(Al ‘Alaq : 1 – 5).
Setelah itu, Jibrilpun meninggalkannya, dan Rasulullah sudah tidak kuat lagi berada di gua Hira’. Akhirnya beliau pulang ke rumahnya dan menghampiri Khadijah dengan gemetar sambil berkata: “Selimuti saya!, selimuti saya!”, maka Khadijah pun menyelimutinya, sehingga rasa takutnya sirna. Lalu memberitahu Khadijah tentang apa yang telah diperolehnya dan berkata: “Sungguh saya khawatir terhadap diriku”. Khadijah menanggapinya dan menenangkan serta meyakinkan Nabi Muhammad SAW: “Sekali-kali tidak, demi Allah, Dia tidak akan merendahkan dirimu untuk selamanya, karena sesungguhnya engkau adalah orang yang menyambungkan tali persaudaraan, menanggung beban kesusahan orang lain, memberi orang yang tak punya, menjamu tamu, dan menolong orang yang menegakkan kebenaran”. Setelah tenang Siti Khadijah mengajak Nabi Muhammad SAW untuk menemui saudaranya Waraqah bin Naufal. Di depan Waraqah Nabi Muhammad SAW menceriterakan semua yang terjadi, kemudian Waraqah membuka kitab Taurat dan Injil serta berkata “demi Tuhan, yang datang itu adalah Malaikat Jibril yang pernah datang pada Nabi Musa, baik-baiklah menjaga diri, tabahkan hatimu wahai Muhammad, kelak engkau akan diangkat menjadi Rasul, jangan takut, tapi gembiralah menerima wahyu itu”.
Nabi Muhammad SAW telah mendapat wahyu yang pertama dari Allah SWT dan telah mendapat nasehat dari Waraqah bin Naufal. Beberapa malam Nabi Muhammad SAW telah siap menerima wahyu kembali, tetapi wahyu tersebut tidak kunjung datang. Pada malam ke-40 barulah wahyu kedua turun, waktu itu Nabi sedang berjalan-jalan ke suatu tempat. Tiba-tiba mendengar suara : ya Muhammad, engkau benar utusan Allah”. Nabi merasa takut mendengar suara itu, beliau segera kembali ke rumah menyuruh Siti Khadijah menyelimutinya, suara tadi terdengar lagi dengan jelas dan semakin dekat Jibril mendatanginya sambil duduk di atas kursi antara bumi dan langit, lalu turunlah ayat Artinya :  Hai orang yang berkemul (berselimut);  Bangunlah, lalu berilah peringatan!Dan agungkanlah Tuhanmu!  Dan bersihkanlah pakaianmu;  Dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji.” (QS. Al Mudatsir : 1 – 5).
Dengan turunnya perintah tersebut, mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau melakukannya secara diam-diam di lingkungannya sendiri dan di kalangan rekan-rekannya. Mula-mula istrinya Khadijah, sepupunya Ali bin Abi Thalib, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak Abu Bakar. Lalu Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya, Ummu Aiman, pengasuh Nabi sejak ibunya Aminah masih hidup. Sebagai seorang pedagang yang berpengaruh, Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin 'Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidilllah. Mereka itu diberi gelar "As-Saabiqunal Awwaluun" Artinya orang-orang yang terdahulu dan yang pertama-tama masuk Islam dan mendapat pelajaran tentang Islam langsung dari Rasulullah SAW di rumah Arqam Bin Abil Arqam.
Setelah Rasulullah berdakwah secara rahasia selama tiga tahun, lalu Allah menurunkan ayat Artinya : “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”. (QS. Al Hijr : 94)
Sesudah ayat di atas turun mulailah Nabi Muhammad SAW menyeru ke segenap lapisan manusia kepada agama Islam secara terang-terangan, baik dari golongan bangsawan maupun lapisan hamba sahaya begitu juga kaum kerabat beliau sendiri atau orang-orang yang jauh. Pada suatu hari, Rasulullah berdiri di atas bukit Shafa memanggil suku Quraisy, hingga orang-orangpun mengerumuninya. Di antara mereka, terdapat pamannya, Abu Lahab, seorang tokoh Quraisy yang paling memusuhi Allah dan Rasul-Nya. Tatkala orang-orang telah berkumpul, beliau bersabda: “Bagaimana pendapat kalian, seandainya saya memberitahu kalian bahwa di balik gunung ini ada musuh yang menanti kalian, apakah kalian mempercayai saya?”, mereka menjawab: “Yang terlintas di hati kami tentang anda adalah kejujuran dan amanah”, beliau lalu bersabda: “Saya adalah orang yang memberi peringatan kepada kalian bahwa di hadapan kalian ada siksa yang maha berat”.
Kemudian Rasulullah mengajak mereka untuk menyembah Allah dan meninggalkan berhala yang selama ini mereka sembah. Abu Lahab langsung keluar dari kerumunan orang-orang dan berkata: “Celakalah kamu!, apakah karena ini kamu mengumpulkan kami?”. Setelah kejadian ini, Allah menurunkan surah  Al-Lahab.
Dan Nabi tetap melanjutkan dakwah dan memulai secara terang-terangan di tempat-tempat mereka berkumpul, dan mengajak mereka masuk agama Islam, bahkan beliau melakukan shalat di sisi Ka’bah. Orang – orang kafir yang tidak suka dengan ajaran Islam semakin membenci ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW, sementara itu, penyiksaan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin semakin bertambah, sebagaimana yang dialami yasir dan Sumaiyah yang akhirnya mati syahid, juga Ammar, putra mereka. Bahkan, Sumaiyah adalah wanita pertama dalam Islam yang mati syahid disebabkan oleh penyiksaan.
Menurut Ahmad Syalabi, ada 5 faktor yang mendorong orang Quraisy menentang seruan Islam itu:
1.    Persaingan berebut kekuasaan. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib.
2.    Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy.
3.    Takut akan hari pembangkitan, , agama Islam mengajarkan bahwa setelah hari kiamat semua manusia akan dibangkitkan dari kuburnya, orang yang berbuat baik akan mendapat balasan yang baik sedangkan yang berbuat buruk akan mendapat siksaan. Kaum Quraisy tidak dapat menerima agama yang mengajarkan bahwa manusia akanhidup kembali sesudah mati
4.    Taklid kepada ajaran nenek moyang, kaum Quraisy merasa berat untuk meninggalkan agama nenek moyang mereka dan mengikuti agama baru tersebut
5.    Faktor ekonomi, pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.
Banyak cara di tempuh untuk menghentikan dakwah Rasulullah SAW, termasuk mengutus Utbah bin Rabiah, seorang ahli retorika untuk membujuk Nabi. Mereka menawarkan tahta, wanita, dan harta. Semua tawaran itu ditolak  Muhammad dengan mengatakan: "Demi Allah, biarpun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti melakukan ini, hingga agama ini menang atau aku binasa karenanya".
3.      Hijrah Nabi Muhammad saw ke Habasyah
Pada tahun ketujuh  sebelum  hijriah (SH)/615 M atau tahun kelima setelah kenabian, terjadi sebuah peristiwa penting dalam sejarah Islam. Saat itu, para sahabat yang baru memeluk Islam mendapat teror dan siksaan dari kaum kafir Quraisy. Rasulullah SAW lalu memerintahkan para sahabat untuk menyelamatkan diri ke Habasyah.  “Sesungguhnya di Negeri Habasyah terdapat seorang raja yang tak seorang pun yang dizalimi di sisinya, pergilah ke negerinya, hingga Allah membukakan jalan keluar bagi kalian dan penyelesaian atas peristiwa yang menimpa kalian,’’ ujar Nabi SAW.
Lalu berhijrahlah rombongan pertama  kaum muslimin yang berjumlah kurang lebih 10 orang laki-laki dan 4 orang perempuan, pada tahun ke 5 bulan ke tujuh kenabian. Dilanjutkan  dengan rombongan hijrah kedua keseluruhannya berjumlah 83 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Di antara mereka terdapat Utsman bin Affan beserta isterinya, Ruqayah binti Muhammad, Zubeir bin Awwan, Abdurrahman bin Auf, Ja’far bin Abu Tholib sebagai pemimpin rombongan dan lain-lain. Orang-orang ini mendapat sambutan yang baik dan penghormatan dari Raja Najasyi.
 Namun orang-orang Quraisy berusaha merusak kedudukan mereka di Habsyi. Maka mereka mengirim utusan dipimpin Abdullah bin Abi Rabi’ah dan Amr bin ’Ash serta memberi hadiah untuk raja dan memintanya agar menyerahkan kaum muslimin kepada mereka. Mereka mengatakan kepada raja bahwa kaum muslimin menjelek-jelekkan Isa dan ibundanya. Tatkala raja Najasyi menanyakan hal tersebut kepada kaum muslimin, dan merekapun menjelaskan pandangan Islam tentang Isa dengan sebenar-benarnya, maka raja mengamankan mereka dan menolak untuk menyerahkan mereka kepada orang-orang Quraisy.     
Sepeninggal 100 orang Muslim yang hijrah ke Habasyah, Nabi saw dan pengikutnya terus berdakwah di Makkah. Suatu hari, di bulan Ramadhan pada tahun yang sama dengan penistiwa hijrah, beliau pergi ke Masjid al-Harâm. Di sana, sedang berkumpul para pembesar kaum Quraisy. Tiba-tiba, Rasulullah saw berdiri di tengah-tengah mereka. Para pembesar Quraisy terperanjat. Mereka tak menduga Muhammad berani melakukan itu. Belum habis keterkejutan mereka, Nabi saw membuka mulutnya melantunkan surah an-Najm. Ini adalah kali pertama kaum musyrik mendengarkan ayat al-Qur’an. 
Bacaan surah tersebut benar-benar indah, agung, dan menawan, tidak mampu diungkapkan dengan kata-kata. Para pembesar Quraisy yang mendengarnya tertegun, diam seribu bahasa. Bibir mereka kelu. Lidah mereka kaku. Kepala mereka tertunduk. Keangkuhan mereka sirna seketika. Dinding telinga mereka yang selama ini tertutup rapat, tiba-tiba seolah-olah terkuak lebar. Mereka hanyut dalam irama lantunan ayat al-Qur’an. 
Tanpa mereka sadari, Rasulullah saw telah sampai pada ayat terakhir. Bunyi ayat itu kian membuat jiwa dan hati mereka membubung tinggi ke angkasa luas tak bertepi. Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah Dia. (QS. an-Najm [53]: 62) 
Setelah mengucapkan ayat itu, Rasulullah saw kemudian bersujud. Melihat hal itu mereka pun bersujud, mcncium tanah. Tidak ada seorang pun dari mereka yang mampu menahan diri untuk tidak ikut bersujud. Mereka semua bersujud bersama Nabi saw. (HR. Bukhâri).
Sesaat setelah sujud, mereka mulai menyadari apa yang baru saja mereka lakukan. Mereka tidak ingin ada orang yang mengetahui kejadian tadi. Namun, peristiwa itu dengan cepat menyebar ke seantero Makkah. Mereka pun dikecam teman-teman mereka. Untuk menjaga gengsi dan mengalihkan perhatian, orang-orang musyrik memunculkan fitnah keji. Mereka mengatakan bahwa sujud yang dilakukan saat itu adalah sujud kepada berhala. 

a)    Hamzah dan Umar bin Khattab masuk Islam
Pada waktu Nabi Muhammad SAW melaksanakan dakwah Islam kepada kaum Quraisy yang menentang dengan keras dakwah beliau, ada dua tokoh Quraisy yang masuk Islam mereka adalah Hamzah bin Abdul Mutholib dan Umar bin Khathab. Dengan masuknya kedua tokoh Quraisy ini merupakan kekuatan besar bagi kaum muslimin dan harapan akan adanya kemenangan semakin bertambah. Umar bin Khathab telah dijuluki Rasulullah dengan al-Faruq, karena Allah telah memisahkan antara yang haq dan yang bathil karenanya.
Beberapa hari setelah keIslamannya, Umar berkata kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, bukankah kita di atas kebenaran?” Beliau mejawab: “Memang demikian’. Umar berkata: “Kalau begitu untuk apa kita bersembunyi dan menutup diri?” Setelah itu, Rasulullah bersama kaum muslimin yang ada di Darul Arqom membentuk dua barisan. Satu barisan dipimpin Hamzah bin Abdul Muthalib dan barisan lainnya dipimpinn Umar bin Khattab bergerak menuju jalan-jalan di kota Makkah dalam gerakan yang menggambarkan kekuatan dalam perjalanan dakwah, dan sekaligus memulai dakwah secara terang-terangan.
Secara terus-menerus, kaum Quraisy berusaha memerangi dakwah ini dengan berbagai macam cara; menyiksa, menganiaya, mengintimidasi, dan membujuk. Namun, semua itu tidak menghasilkan apapun, selain justru menambah keteguhan mereka terhadap agama Islam dan menambah jumlah orang-orang yang beriman. Inilah pemikiran kaum Quraisy untuk memunculkan cara baru, yaitu menulis sebuah lembaran (perjanjian) yang ditanda tangani oleh mereka semua, dan digantung di Ka’bah untuk mengembargo kaum muslimin dan Bani Hasyim. Embargo ini berlaku di semua aspek; tidak boleh terjadi transaksi jual beli, pernikahan, tolong-menolong, dan bergaul dengan mereka. Kaum muslimin terpaksa keluar dari kota Makkah menuju ke salah satu celah gunung di Makkah yang bernama celah gunung Abu Thalib. Di sana kaum muslimin sangat menderita, mereka merasakan kelaparan dan berbagai macam kesulitan. Orang-orang yang mampu di antara mereka menyumbang sebagian harta mereka, bahkan Khadijah menyumbang semua hartanya.
Wabah penyakit melanda mereka yang menyebabkan kematian sebagian mereka. Namun demikian, mereka dapat bertahan dan bersabar, tidak ada seorangpun dari mereka yang mundur. Embargo ini terus berlangsung selama tiga tahun. Kemudian sekelompok pembesar Quraisy yang memiliki hubungan kekerabatan dengan beberapa orang Bani Hasyim berusaha mencabut isi lembaran di atas, dan mengumumkan pada khalayak ramai. Ketika mengeluarkan lembaran, mereka menemukannya telah termakan oleh rayap, tidak ada yang tersisa kecuali satu sisi kecil yang diatasnya tertulis lafadz bismika allahumma (dengan menyebut nama-Mu, ya Allah). Akhirnya, krisispun sirna dan kaum muslimin beserta Bani Hasyim kembali ke kota Makkah. Namun kaum Quraisy tetap pada sikap mereka yang bengis dalam memerangi kaum muslimin.
b)   Amul Huzni atau tahun duka cita
Dakwah Nabi Muhammad SAW telah berlangsung lebih kurang 10 tahun, beliau kehilangan dua orang yang menjadi tulang punggung dalam melaksanakan tugasnya menyiarkan agama Islam, yaitu Abu Tholib pamannya dan Siti Khatijah isterinya.  Abu Tholib menjadi perisai yang melindungi dan memelihara Nabi Muhammad SAW dengan segala kekuatan dan ketabahan hati yang dimilikinya. Penyakit keras telah menjulur ke seluruh tubuh Abu Thalib, dan ia tidak dapat meninggalkan tempat tidur. Tak lama kemudian ia menderita sakaratul maut.
Ketika itu Rasulullah berada di sisi kepalanya mengharap agar ia mau mengucapkan kalimatla ilaha illallah sebelum kematiannya. Namun teman-teman buruknya yang juga berada di sisinya, termasuk tokoh mereka Abu Jahal, mencegahnya dengan berkata kepadanya: “Jangan tinggalkan agama leluhurmu”. Akhirnya iapun meninggal dalam keadaan musyrik. Maka kesedihan Rasulullah atasnya semakin berlipat ganda karena beliau telah ditinggalkannya sebelum pamannya memeluk agama Islam. Namun pantas untuk dicatat saat Abu Tholib sakaratul maut beluai mengucap “ aku telah yakin bahwa agama Muhammad adalah agama yang paling baik “ beberapa ahli sejarah mengambil kesimpulan bahwa Abu Tholib telah menganut agama Islam dengan tidak memperlihatkan secara terus terang.
Dan lima minggu kemudian setelah kematian Abu Thalib, Siti Khadijah meninggal dunia. Selama 25 tahun Siti Khatijah menemani Nabi Muhammad SAW, Khatijah menjadi mendamping dan pendukung misi dakwah Rasulullah, sehingga Rasulullah semakin merasakan duka yang sangat pedih . Sementara itu cobaan yang ditimpakan oleh kaumnya kepada beliau setelah kematian Abu Thalib dan isterinya, Khadijah, justru semakin berat. Dengan meningglnya dua orang ini kaum Quraisy semakin menekan Nabi Muhammad SAW dengan menyakitinya secara fisik, menghina dan melecehkan Rasulullah.
4.    Peristiwa isra’ Mikraj
Kata “Isra” artinya perjalanan malam, menurut istilah Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil ‘Aqsha . ‘Mi’raj” berrati naik atau menuju keatas, menurut istilah Mi’raj adalah naiknya Nabi Muhammad SAW dari Masjidil ‘Aqsha menuju ke al Arsy ( sidrotul munthaha ) untuk menghadap Allah SWT. Sebenarnya Isra dan Mi’raj merupakan dua peristiwa berbeda. Namun karena dua peristiwa ini terjadi pada waktu yang bersamaan maka disebutlah Isra Miraj. Isra’ Mi’raj adalah pertolongan dari Allah SWT untuk Nabi yang mulia ini.
Pada malam kedua puluh tujuh Rajab dari tahun kesepuluh masa kenabian, ketika Rasulullah tertidur, tiba-tiba Jibril mendatangi beliau dengan membawa Buraq, yang dapat berlari kencang laksana kilat, lalu Jibril menaikkan beliau di atas Buraq ini yang kemudian dari sana beliau dinaikkan ke langit dan melihat tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang agung.
Perjalanan Nabi Muhammad SAW dengan Malaikat Jibril  yang pertama menuju Masjidil Aqsha di Palestina, selama perjalanan mereka singgah di lima tempat :
·      Kota Yatsrib, sekarang disebut Madinah al Munawarah.
·      Kota Madyan, yaitu tempat persembunyian Nabi Musa as ketika dikejar tentara Fir’aun.
·      Thursina, yaitu tempat Nabi Musa menerima kitab Taurat
·      Bethlehem, yaitu tempat kelahiran Nabi Isa as
·      Masjidil Aqsha di Pelestina, yaitu tempat yang dituju dalam perjalanan malam tersebut.
Pada setiap persinggahan Nabi Muhammad SAW selalu melakukan shalat dua rakaat. Nabi Muhammad SAW juga disuguhi dua buah gelas yang berisi susu dan arak, Nabi Muhammad SAW mengambil sebuah gelas yang berisi susu, kemudian Malaikat Jibril mengucapkan selamat kepada Nabi Muhammad SAW karena beliau telah memilik yang baik bagi dirinya dan umatnya.
Setelah menjadi imam shalat Rasulullah SAW bersama Malaikat Jibril menuju Sidratul munthaha untuk menghadap Allah SWT. Dalam perjalanan menuju sidrotul munthaha Nabi Muhammad SAW dan Malikat Jibril singgah di tujuh lapis langit yaitu :
·      Langit pertama, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Adam
·      Langit kedua, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Ishaq
·      Langit ketiga, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Yusuf
·      Langit keempat, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Idris
·      Langit kelima, Rasulullah SAW bertemu dengan Harun
·      Langit keenam, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Musa
·      Langit ketujuh, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Ibrahim
Setelah melewati tujuh lapis langit tersebut Rasulullah SAW diajak ke Baitul Makmur tempat para melaksanakan thawaf. Kemudian Rasulullah SAW naik menuju sidratul munthaha dan dalam perjalanan ini malaikat Jibril tidak ikut serta.
Nabi Muhammad SAW bertemu Allah SWT, dalam pertemuan tersebut Allha SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk melaksanakan shalat sebanyak lima puluh waktu.ketika hendak turun nabi Muhammad SAW bertemu dengan nabi Musa AS dan diceriterakanlah apa yang telah diperintahkan Allha SWT kepada Nabi Muhammad SAW, nabi Musa menyuruh Rasulullah SAW untuk kembali menghadap Allah SWT untuk memohon keringanan perintah shalat, Allah SWT memberi keringanan kepada nabi Muhammad SAW menjadi lima (5) waktu untuk setiap harinya. Dan Allah SWT menjanjikan pahala yang sama bagi umat nabi Muhammad SAW seperti melaksanakan shalat 50 waktu.
a.       Tamsil dan hikmah isra’ mi’raj
Ø  Tamsil isra’
1)      Nabi Muhammad SAW melihat orang yang memotong padi (panen)  terus menerus, beliau bertanya kepada Jibril, siapakah mereka itu ? Jibril menjawab; mereka itu adalah umatmu yang gemar beramal jariah yang kemudian mereka terus menerus memetik pahalanya dari Allah SWT
2)      Nabi Muhammad SAW melihat orang yang memukul kepalanya terus menerus, lantas beliau bertanya pada Jibril ”siapakah mereka itu ya Jibril ?. dijawabnya mereka itu ibarat umatmu yang enggan bershalat, yang kelak sangat menyesal dengan memukul kepalanya sendiri terus menerus sekalipun terasa sakit olehnya
3)      Nabi Muhammad SAW melihat kuburan yang sangat harum baunya, lalu beliau bertanya ”apakah itu ya Jibril ? jawabnya, itu kuburan Masithoh dan anaknya. Dia mati karena disiksa dengan digodok oleh Fir’aun karena ia mempertahankan imannya kepada Allah SWT
4)      Nabi Muhammad SAW melihat orang yang dihadapannya ada dua buah hidangan, sebelah kanannya makanan lezat dan sebelah kirinya makanan busuk,orang itu dengan lahapnya memilih makanan busuk. Rasulullah bertanya : ”Ya, Jibril siapakah mereka itu ?”. Jibril menjawab : ”Ya, Rasulullah,itu bagaikan umatmu yang suka membiarkan nafsunya memilih pekerjaan yang buruk dan dosa daripada beramal baik dan berpahala”.
Ø  Tamsil mi’raj
Nabi Muhammad SAW melihat orang yang gagah perkasa, orang itu menengok dan melihat ke kirimerasa sedih dan menangis tersedu sedu, tetapi bila menengok dan melihat ke kanan dia berseri seri gembira dan tersenyum senyum. Nabi bertanya : Siapakah orang itu, ya Jibril?”, jawab Jibril :”Ya Rasulullah dia itu bapakmu yang pertama yaitu nabi Adam AS. Bila beliau melihat ke kiri sedih, karena melihat anak cucunya di dunia berbuat jahat dan dosa. Sebaliknya, bila menengok ke kanan merasa gembira, karena melihat anak cucunya di dunia yang berbuat baik dan beramal shaleh”.

b.   Hikmah isra’ mi’raj
Isra’ Mi’raj mempunyai hikmah diantaranya yaitu sebagai berikut :
Ø  Menghilangkan perasaan sedih dan gundah dalam diri Nabi Muhammad SAW yang disebabkan oleh pembelanya yang utama yaitu, pamannya Abu Thalib dan isterinya siti Khadijah. Allah SWT ingin meyakinkan utusan-Nya itu bahwa kebenaran dan keyakinan yang dibawanya tidak akan dapat dikalahkan oleh siapapun.
Ø  Allah SWT hendak memperlihatkan ke-Maha KuasaanNya kepada Nabi Muhammad SAW agar ia tetap yakin bahwa Allah akan tetap menolongnya dalam menghadapi musuh musuh yang menghalangi dan membendung dakwah islam.
Ø  Allah SWT mempertemukan dan memperkenalkan Nabi Muhammad SAW dengan para Nabi dan Rasul terdahulu agar dapat menambah semangat dan keyakinannya.
Ø  Allah SWT memperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW bekas bekas kejayaan bangsa bangsa terdahulu yang hancur karena kedurhakaannya kepada Allah SWT dan RasulNya.
Ø  Menguji para pengikut Nabi Muhammad SAW apakah mereka itu beriman kepada agama yang selama ini sudah dianutnya, sekalipun akal dan pikiran mereka belum dapat mengerti dan memahami kejadian tersebut.
Ø  Nabi Muhammad SAW dapat bertemu langsung kepada Allah SWT.
Ø  Allah SWT Menyampaikan perintah melakukan sholat lima waktu kepada Nabi dan umatNya.

5.    Hijrah Nabi Muhammad saw ke Madinah
Kota Mekkah, tempat kelahiran Nabi Muhammad saw. adalah sebuah lembah yang tandus. Kondisi alam (geografis) negeri ini berpengaruh besar dalam membentuk sikap dan watak masyarakatnya. Pada umumnya penduduk Mekkah berwatak buruk dan tidak mampu berpikir secara jernih. Sementara itu, Madinah merupakan wilayah pertanian subur yang menghasilkan hasil-hasil pertanian melimpah. Suhu udaranya tidak sepanas di Mekkah. Sebaliknya, masyarakat Madinah berhati lembut, penuh pertimbangan dan cerdas. Jadi, dakwah Islam lebih mudah diterima dalam masyarakat yang seperti itu daripada masyarakat kota Mekkah.
Dalam perjalanan sejarah manusia, hampir seluruh nabi yang diutus Tuhan tidak berkembang di negerinya sendiri bahkan masyarakatnya sendiri tidak menghormatinya. Demikian halnya dengan perjuangan yang dilakukan Nabi Muhammad saw. Di Kota Mekkah, masyarakatnya mencaci maki dan memusuhinya, sebaliknya masyarakat Madinah sangat menanti dan menunggu kedatangan Nabi Muhammad saw.
Para pemuka dan kalangan bangsawan Quraisy Mekkah merupakan penentang Islam yang paling gigih. Menurut mereka kebangkitan Islam identik dengan kehancuran posisi sosial politik mereka. Karena itu, para pembesar Quraisy secara terang-terangan menentang Islam sejak pertama kali agama itu didakwahkan Nabi Muhammad saw. Sementara itu, di Madinah tidak terdapat sistem kepemimpinan bangsawan. Maka dalam lingkungan sosial seperti itu penyebaran Islam lebih sukses dibandingkan di Kota Mekkah. Dari kenyataan seperti itu, Nabi Muhammad saw. memiliki kota Madinah sebagai tempat tujuan hijrah.
Alasan lain Nabi Muhammad saw. dan umat Islam hijrah ke Madinah karena tekanan dan gangguan bahkan ancaman masyarakat Quraisy terhadap dirinya dan umat Islam semakin menjadi. Beliau memerintahkan para sahabatnya terlebih dahulu untuk pergi ke Madinah. Ketika kaum musyrikin Mekkah mendengar rencana tersebut, mereka sangat marah dan berusaha merencanakan pembunuhan terhadap Nabi. Berita ancaman itu segera didengar Nabi, lalu ia bersama Abu Bakar dan Ali menunggu perintah Allah. Ketika suasana semakin kritis, turunlah perintah Allah yang memerintahkan Nabi-Nya hijrah ke Madinah.
Atas berbagai pertimbangan di atas, Nabi Muhammad saw. menempuh jalan hijrah sebagai alternatif perjuangan untuk menegakkan ajaran Islam. Diceritakan bahwa pada suatu petang menjelang hijrah, Nabi Muhammad saw. bersama Abu Bakar tidur di lantai, sementara Ali menempati tempat tidur Nabi Muhammad saw. Kemudian pada tengah malam Nabi bersama Abu Bakar berangkat meninggalkan Mekkah tanpa sepengetahuan masyarakat Quraisy. Ketika mereka mengepung rumah Nabi dengan tujuan untuk membunuhnya, mereka sangat kecewa karena hanya menemukan Ali yang sedang tidur di ranjang Nabi. Mereka kemudian mengejar Nabi, tapi tidak ketemu karena Nabi dan Abu Bakar bersembunyi di Gua Tsur.
Mereka bersembunyi di gua Tsur selama tiga malam. Tidak ada yang tahu tentang keadaan dan tempat persembunyian mereka selain putra putri Abu Bakar sendiri, Abdullah, Aisyah, dan Asma’ serta sahayanya, Amir ibn Fuhairah. Merekalah yang mengirimkan makanan setiap malam dan menyampaikan kabar mengenai pergunjingan penduduk Mekah tentang Rasulullah. Pada malam yang ketiga mereka keluar dari persembunyiannya untuk melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib ditemani oleh Abdullah ibn Abi Bakar dan Abdullah ibn Arqad, seorang musyrik yang bertugas selaku penunjuk jalan.
Senin, 8 Rabiul Awal Rasulullah SAW tiba di Quba, sekitar 10 km dari kota Yatsrib. Di situ beliau mendirikan masjid pertama atas saran dari Amr ibn Yasir. Tiga hari kemudian, Ali ibn Abi Thalib tiba di Quba. Keesokan harinya, Jumat 12 Rabiul Awal bertepatan dengan 24 September 622 M rombongan ini melanjutkan perjalanan ke Yatsrib.
Sejak kedatangan Rasul SAW, kota Yatsrib berubah menjadi Madinah al-Rasul atau al-Madinah al-Munawarah (kota yang gemerlap cahaya). Bukti sejarah memperkirakan kota itu kurang lebih 1600 tahun sebelum masehi. Dahulu kota ini di huni oleh bangsa Amalekit, setelah itu datanglah kaum Yahudi, Aus dan khazraj, tatkala Nabi Muhammad datang dan tinggal di sana, tiga jenis kaum ini meramaikan dan memadati kota itu.
B.  Fase Madinah
1.    Siaga Madinah (Yathrib)
a.    Pembangunan Masjid
Kedatangan Rasul SAW disambut hangat penuh kerinduan oleh kaum Anshar. Begitu tiba di kota ini beliau melepaskan tali kekang unta yang ditungganginya, dan membiarkan binatang itu berjalan sekehandaknya. Unta itu berhenti di kebun yang ditumbuhi beberapa pohon kurma, bersebelahan dengan rumah Abhu Ayyub. Di lahan ini dibangunlah masjid atas perintah Rasul SAW.
b.    Mempersaudarakan antara Anshar dan Muhajirin
Untuk mempercepat terjadinya integrasi antara golongan Muhajirin dan Ansar, Muhammad SAW mengadakan program mu’akhah (mempersaudarakan). Masing-masing keluarga dari golongan Muhajirin dipersaudarakan dengan satu keluarga dari golongan Ansar. Sebagai contoh, Abu Bakar di persaudarakan dengan Kharajah bin Zuhair, Ja’far bin Abi Thalib dipersaudarakan dengan Mu’az bin Jabal dan lain-lain.
Dengan adanya kebijakan ini integrasi antara Muhajirin dan Ansar cepat terwujud sehingga Negara baru ini menjadi kuat. Selain itu pada gilirannya ikatan persaudaraan yang terwujud berdasarkan agama ini akan mengikis ikatan assabiyah berdasarkan suku atau golongan yang sudah mendarah daging di kalangan bangsa Arab.
c.    Hubungan persahabatan dengan pihak lain yang tidak beragama islam
Di Madinah, di samping orang Arab Islam juga terdapat dua golongan lain, yaitu Yahudi (Bani Nad{ir dan Bani Quraidah) dan orang Arab yang belum menganut Islam. Agar stabilitas terjamin, Muhammad SAW mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka yang dituangkan dalam sebuah piagam atau biasa disebut Piagam Madinah. Pokok-pokok piagam tersebut adalah:
Ø Adalah hak kelompok, menghukum orang yang membuat kerusakan dan memberi keamanan bagi orang yang patuh,
Ø Kebebasan beragama terjamin untuk semua,
Ø Adalah kewajiban penduduk Madinah (muslim atau non-muslim) untuk bahu-membahu menangkis semua serangan,
Ø Rasulullah adalah Pemimpin Umum bagi penduduk Madinah. Kepada beliau segala perkara dan perselisihan yang besar untuk diselesaikan,
Ø Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, dan sosial.
Dalam Piagam Madinah disebutkan dengan jelas bahwa Rasulullah adalah Kepala Pemerintahan karena hal-hal yang berkaitan dengan tata-tertib umum, otoritas mutlak diberikan kepada beliau. Jadi pembinaan seluruh aspek kehidupan baik politik, ekonomi, social-budaya, maupun pertahanan keamanan menjadi tanggungjawab penuh beliau. Oleh sebab itu ayat-ayat yang turun di Madinah (setelah Nabi hijrah) kebanyakan berkaitan dengan hukum.

2.    Peperangan dalam Islam
Setelah hijrah, para pengganggu dakwah Islam menjadi dua kelompok. Pertama, kaum Musyrikin yang telah memaksa Nabi hijrah dari Makkah, dan kedua, orang-orang Yahudi di sekitar Madinah. Untunglah yang kedua ini sudah berhasil diamankan Nabi melalui perjanjian damai dan kerjasama di awal Nabi mendiami Madinah. Akan tetapi orang-orang Yahudi itu kemudian ingkar janji dan sudah mulai kasak-kusuk dan menghasut untuk menggoyahkan kepemimpinan Nabi di Madinah. Orang-orang Yahudi tidak suka kekuasaan serta kewibawaannya tergeser karena kepemimpinan beliau.
Oleh karena itu kaum Muslimin harus berusaha memperkuat diri, selalu siap melawan musuh dan mengungguli kekuatan-kekuatan bathil berikut sekutunya, guna membersihkan jalan bagi dakwah Nabi yang bertujuan meningkatkan pemikiran, membersihkan jiwa, membetulkan yang rusak, dan menjadikan kebaikan sebagai mercusuar agar manusia mendapat petunjuk.
Inilah salah satu sebab disyariatkannya perang pada tahun 2 Hijriah melalui ayat 39 Surat Al-Haj yang berbunyi :
            (٣٩) لَقَدِيرٌ هِمْ نَصْرِ عَلَى اللَّهَ وَإِنَّ ظُلِمُوا بِأَنَّهُمْ يُقَاتَلُونَ لِلَّذِينَ أُذِنَ
Artinya : “ Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuasa menolong mereka
Setelah itu Allah mewajibkan kepada mereka untuk memerangi orang-orang yang memerangi mereka, Allah swt berfirman dalam Surah Al-Baqarah Ayat 190 :
(١٩٠) الْمُعْتَدِينَ يُحِبُّ لا اللَّهَ إِنَّ تَعْتَدُوا وَلا يُقَاتِلُونَكُمْ الَّذِينَ اللَّهِ سَبِيلِ فِي وَقَاتِلُوا
Artinya : “ Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi janganlah melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas
Barulah setelah itu, Allah mewajibkan memerangi orang-orang musyrikin secara keseluruhan seperti yang terdapat dalam al-Qur’an Surah At-Taubah Ayat 36 berbunyi :
(٣٦) الْمُتَّقِينَ مَعَ اللَّهَ أَنَّ وَاعْلَمُوا كَافَّةً نَكُمْ يُقَاتِلُو كَمَا كَافَّةً الْمُشْرِكِينَ وَقَاتِلُوا
Artinya : “Perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa
Adapun peperangan nabi Muhammad saw yang memiliki dampak dalam sejarah islam adalah sebagai berikut:
a.    Perang badar
Perang Badar terjadi pada tanggal 17 Ramadhan 2 Hijriah. Perang ini bermula dari kesalahpahaman kafilah dagang kaum Musyrikin Makkah yang sedang kembali dari Syam menuju Makkah. Nabi memerintahkan sejumlah sahabatnya untuk mengamati kafilah Quraisy yang sedang lewat di wilayah Madinah itu tanpa berrnaksud untuk berperang di bawah pimpinan Nabi saw sendiri.
Begitu melihat rombongan orang Madinah yang mendekati kafilahnya, segeralah Abu Sofyan, pimpinan kafilah, mengutus anak buahnya untuk segera minta bantuan dari Makkah. Segeralah datang pasukan dari Makkah dengan kekuatan 1.000 orang tentara, 600 orang di antaranya berkuda (kavaleri) yang merangkap sebagai kompi perbekalan (logistik), dan 300 orang tentara cadangan yang merangkap sebagai regu musik. Di samping itu mereka juga membawa 700 ekor unta. Regu musiknya sepanjang jalan menggemakan lagu-lagu perang, terutama yang berisikan ejekan terhadap Nabi sa. dan kaum Muslimin.
Kompi patroli yang dikerahkan Nabi saw. sendiri berkekuatan 313 prajurit, dengan 70 ekor unta, dan tidak lebih dari 3 ekor kuda. Mereka kebanyakan terdiri dari penduduk asli Madinah. Mereka mengendarai tunggangan yang ada itu secara bergantian. Dalam menghadapi perang Badar, Rasul saw Keluar dari panggung yang telah disediakan, lalu beliau memberi semangat kepada kaum muslimin untuk bersungguh dalam bertempur. Rasul saw memberi semangat anggota pasukannya dengan surga seperti ungkapannya ”Bangkitlah kalian (berjuang) menuju surga seluas langit dan bumi”.
Dalam perang Badar, umat Islam keluar sebagai pemenang dengan banyak korban kedua belah piliak. Di pihak Islam, korban yang berjumlah 14 orang, sedangkan di pihak musyrikin Quraisy berjumlah 70 orang terbunuh dan 70 orang ditawan. Bagi kaum musyrikin yang terbunuh Rasul saw menyuruh para sahabatnya untuk melempar bangkai bangkai tersebut ke sebuah Iubang sumur. Sikap Rasul Saw yang menyuruh sahabatnya menguburkan bangkai bangkai musyrikin tersebut, bertujuan kemashlahatan umum. Paling tidak ada dua kemaslahatan yang penulis pahami dari sikap Rasul saw di atas. pertama penghargaan terhadap jasad jasad manusia (rasa kemanusiaan); kedua menghindar dari suasana lingkungan yang tidak sehat.
Kendatipun jumlah pasukan muslim lebih sedikit, namun mereka mempunyai semangat juang yang tinggi yang dapat mengalahkan musuh musuh mereka. Tentu saja, kemenangan yang diperoleh pada perang Badar ini merupakan langkah awal bagi terbentuknya kemakmuran Islam. Kemenangan kaum Muslim juga memperlihatkan kepada suku-suku Arab lainnya bahwa suatu kekuatan baru telah bangkit di Arabia, serta memperkokoh otoritas Muhammad sebagai pemimpin atas berbagai golongan masyarakat Madinah yang sebelumnya sering bertikai. Berbagai suku Arab mulai memeluk agama Islam dan membangun persekutuan dengan kaum Muslim di Madinah; dengan demikian, ekspansi agama Islam pun dimulai. Namun, kekalahan Quraisy dalam Pertempuran Badar menyebabkan mereka bersumpah untuk membalas dendam, dan hal ini terjadi sekitar setahun kemudian dalam Pertempuran Uhud.
b.   Perang Uhud
Perang Uhud terjadi di Bukit Uhud. Perang Uhud dilatarbelakangi kekalahan kaum Quraisy pada Perang Badar sehingga timbul keinginan untuk membalas dendam kepada kaum Muslim. Pasukan Quraisy yang dipimpin Khalid bin Walid mendapat bantuan dari kabilah Saqib, Tihamah, dan Kinanah.
Nabi Muhammad SAW segera mengadakan musyawarah untuk mencari strategi perang yang tepat dalam menghadapi musuh. Pasca Perang Badar, kaum Quraisy mengalami syok berat akibat kekalahannya dalam perang Badar tahun sebelumnya. Beberapa orang dari mereka bertekad akan berperang untuk membalaskn dendam mereka kepada Muhammad dan Para sahabatnya. Pada bulan syawal tahun ketiga hijriyah,bergeraklah kaum Quraisy bersama pasukna, para wanita, serta sekutu yang bersedia diajak, seperti bani kinanah dan penduduk tihamah. Mereka berjalan dibawah pimpinan Abu sufyan bin harb, pemimpin mereka setepeninggal Abu Jahal.
Perang Uhud terjadi pada hari Sabtu tanggal 15 Syawal 3 Hijriah. Orang-orang Quraisy Makkah berambisi sekali membalas kekalahannya pada perang Badar Raya. Dipersiapkannya suatu pasukan besar dengan kekuatan 3.000 orang serdadu. Dalam pasukan itu terdapat 700 ratus infanteri, 200 orang tentara berkuda (kavaleni) dan 17 orang wanita. Seorang di antara mereka yang tujuh belas ini adalah Hindun bin Utbah, isteri Abu Sofyan. Ayahnya yang bernama Utbah telah terbunuh pada perang Badar Raya.Pasukan Quraisy ini dipusatkan di suatu lembah di pegunungan Uhud, suatu pegunungan yang terletak 2 kilometer sebelah utara Madinah.
Menghadapi tantangan ini, Nabi saw. dan beberapa orang sahabatnya berpendapat kaum Muslimin tidak perlu menemui musuh-musuh yang sudah siap siaga itu. Sebaliknya orang-orang Islam tetap siaga di Madinah dengan taktik bertahan (defensif). Akan tetapi sekelompok orang Islam (Muhajirin dan Anshar) terutama pemuda-pemuda yang tidak ikut ambil bagian dalam perang Badar mendesak untuk menemui tentara-tentara Quraisy dan ingin menghajarnya di gunung Uhud. Atas desakan itu Nabi surut dari pendapatnya semula. Masuklah beliau ke rumahnya, lalu keluar dalam keadaan sudah siap dengan mengenakan baju besi, menyandang tameng dan memegang tombak serta pedang.
Kemudian beliau berangkat bersama lebih kurang 1.000 orang tentara. Dua ratus orang memakai baju besi dan hanya dua orang tentara berkuda.Umat Islam telah memperoleh kata sepakat, dalam menghadapi kaum kafir Quraisy yang ingin menuntut balas atas kekalahan mereka dari umat Islam pada perang Badar, yaitu umat Islam menanti di luar kota Madinah. Nabi Muhammad saw menyongsong kedatangan kaum kafir Quraisy dengan pasukan sebanyak 1000 orang . Persoalan yang dihadapi Rasul saw. dalam perang Uhud di antaranya pembelotan anggota pasukan sebanyak 300 orang yang dipimpin oleh Abdullah bin Ubay.
Perang Uhud dimulai dengan perang tanding yang dimenangkan tentara Islam tetapi kemenangan tersebut digagalkan oleh godaan harta, yakni prajurit Islam sibuk memungut harta rampasan. Pasukan Khalid bin Walid memanfaatkan keadaan ini dan menyerang balik tentara Islam. Tentara Islam menjadi terjepit dan porak-poranda, sedangkan Nabi SAW sendiri terkena serangan musuh. Pasukan Quraisy kemudian mengakhiri pertempuran setelah mengira Nabi SAW terbunuh. Dalam perang ini, Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) meninggal terbunuh .
Setelah perang berkecamuk, pada awalnya kemenangan berada di pihak tentara Islam. Akan tetapi, karena suatu kesalahan, umat Islam mengalami kekalahan. Akibat kekalahan tersebut, Rasul saw. mengalami beberapa luka di tubuhnya. Kendatipun Rasul Saw (umat Islam) kalah dalam perang Uhud, namun bukanlah kekalahan mutlak. Dan kaum kafir Quraisy tidak berhasil menghancurkan masyarakat Islam, sebagaimana ambisi mereka semula sewaktu akan keluar dalam perang Uhud.
c.    Perang Khandak
Dua tahun kemudian, kaum Muslimin Madinah menghadapi ancaman yang lebih besar lagi. Orang-orang mekah atas hasutan orang-orang Yahudi khaibar dan dengan bantuan suku-suku badui yang lain, mengerahkan sepuluh ribu pasukan dengan tujuan menduduki Madinah . Lokasi Perang Khandaq adalah di sekitar kota Madinah bagian utara. Perang ini juga dikenal sebagai Perang Ahzab (Perang Gabungan). Perang Khandaq melibatkan kabilah Arab dan Yahudi yang tidak senang kepada Nabi Muhammad SAW.
Mereka bekerjasama melawan Nabi SAW. Di samping itu, orang Yahudi juga mencari dukungan kabilah Gatafan yang terdiri dari Qais Ailan, Bani Fazara, Asyja', Bani Sulaim, Bani Sa'ad dan Ka'ab bin Asad .  Peperangan ini lebih dikenal dengan nama Perang Khandaq. Terjadi pada bulan Syawal tahun 5 Hijriah. Mulanya ialah setelah Bani Nadhir diusir datanglah pemimpin-pemimpinnya ke Makkah untuk mengajak orang-orang Quraisy memerangi Nabi bersama-sama. Keinginan ini disambut baik. Selanjutnya mereka datang ke Ghathafan (nama daerah) untuk beraliansi dengan masyarakat di daerah itu.
Maksud ini ternyata disambut baik pula oleh Bani Fazzarah, Bani Murrah, dan Bani Asyja. Setelah siap berangkatlah mereka menuju Madinah. Usaha pemimpin Yahudi, Huyay bin Akhtab, membuahkan hasil. Pasukannya berangkat ke Madinah untuk menyerang kaum Muslim. Berita penyerangan itu didengar oleh Nabi Muhammad SAW. Kaum Muslim segera menyiapkan strategi perang yang tepat untuk menghadapi pasukan musuh. pihak musuh berkekuatan 10.000 prajurit, Sedangkan kaum Muslimin berkekuatan 3.000 prajurit.
Salman al-Farisi, sahabat Nabi SAW yang mempunyai banyak pengalaman tentang seluk beluk perang, mengusulkan untuk membangun sistem pertahanan parit (Khandaq) . Strategi Rasul saw. dalam perang Khandaq atau Ahzab ialah menggali parit. Hal itu dilakukan bila serangan tentara musuh tiba, mereka tertahan oleh parit itu. Namun, mereka (tentara sekutu) mengepung Madinah dengan mendirikan kemah kemah di luar parit lebih kurang satu bulan lamanya. Akibatnya, umat Islam menjadi terjepit. Lebih-lebih lagi, dalam suasana kritis itu, orang orang Yahudi dari Bani Quraizah di bawah pimpinan Ka'ab bin Asad berkhianat. pengepungan tentara sekutu tersebut terhadap umat Islam baru berakhir setelah kemah-kemah mereka dihantam dan diterbangkan oleh angin badai yang amat kencang. Mereka terpaksa kembali ke kampung halaman masing masing tanpa hasil apapun.
Dalam perang Ahzab umat Islam kembali dikhianati oleh anggota pasukannya sendiri (orang Yahudi). Namun, pengkhianatan itu tidak mematahkan semangat anggota pasukan Islam lainnya dalam menghadapi musuh musuh Islam. Seperti diketahui bahwa persoalan yang dihadapi oleh umat Islam pada masa peperangan ialah pengkhianatan anggota pasukannya. Anggota pasukan yang berkhianat itu berasal dari kelompok orang orang munafik dan Yahudi.
Kelompok orang munafik seperti pada perang Uhud, yang dipimpin oleh Abdullah bin Ubay. Sementara itu, golongan Yahudi dipimpin oleh Ka'ab bin Asad pada perang Ahzab. Angin badai yang menghantam perkemahan orang orang kafir Quraisy mengakibatkan gagalnya rencana penyerbuan mereka ke Madinah. Mereka terpaksa kembali ke kampung halaman masing masing karena perbekalan mereka telah dirusak oleh serangan angin badai. Bahkan, pemimpin mereka sendiri, Abu Sufyan bin Harb, memerintahkan kepada semua anggota pasukannya untuk segera pulang. Sejalan dengan itu, pasukan Abu Sufyan juga mempunyai pikiran, daripada mati kedinginan dan kelaparan lebih baik mundur menanggung malu.
d.   Perang Bani Quraidhah
Sewaktu Rasul saw dan umat Islam sampai di Madinah, salah satu kegiatan Rasul saw adalah mengadakan perjanjian dengan orang Yahudi Madinah. Isi perjanjian itu diantaranya ialah Rasul saw. menjamin agama dan harta mereka selama mereka masih terikat dengan perjanjian. Mereka tidak boleh dianiaya dan menganiaya, mereka berhak mendapat pertolongan dari Rasul saw. Mereka wajib mengeluarkan belanja bersama sama dengan orang orang beriman selama mereka berperang dengan musuh. Kedua belah pihak berkewajiban saling tolong-menolong dalam memerangi musuh. Kedua belah pihak berkewajiban untuk bekerja-sama memerangi setiap orang yang akan menyerang kota Madinah.
Bani Quraidhah merupakan komunitas masyarakat yahudi yang tinggal disekitar Madinah. Bani Quraidhah merupakan golongan yahudi yang telah melakukan perjanjian dengan Rasulullah saw . Akan tetapi Bani Quraizah mengingkari janji dan berkhianat di saat-saat yang sedemikian genting. Mereka bergabung dengan orang Quraisy pada saat perang ahzab, orang orang Yahudi mengkhianati perjanjian yang telah mereka sepakati yaitu sewaktu terjadinya perang Khandaq. Maka Nabi segera mengepung mereka setelah terjadi perang khandak hingga mreka menyerah, disepakati Sa’ad bin muadz untuk mengadili mereka. Saad merupakan sekutu mereka sebelum Islam datang . Perang ini juga terjadi pada tahun 5 Hijriah, setelah Perang Ahzab dengan kekuatan 3.000 orang tentara dan bendera Islam di pegang Saidina Ali r.a.
Tindakan tegas dan keras yang diambil oleh Rasul saw. terhadap Bani Quraizah dipandang tepat agar dapat dijadikan pelajaran oleh mereka yang mempermainkan perjanjian, baik yang terjadi pada masa itu maupun masa mendatang. Kalau Rasul saw tidak mengambil tindakan tegas terhadap orang-orang Yahudi yang telah mengkhianati umat Islam, Islam tidak akan dapat hidup lestari di Jazirah Arab.
Setelah kejadian tersebut, kabilah-kabilah Arab ataupun orang-orang Yahudi terpaksa harus berpikir beberapa kali sebelum mereka berani berbuat khianat atau menginjak-injak perjanjian. Dengan terjadinya peristiwa itu, mereka mengetahui akibat buruk yang akan menimpa mereka bila kiamat. Dalam Perang ini, Suku quraidzah diserang karena sangat jelas bahwa orang-orang yahudi di Madinah tidak bisa dipercaya lagi dalam fakta perjanjian apapun. Perang tersebut mengakibatkan terbunuhnya 600 orang suku utama Yahudi, Bani Quraidzah, dan sisanya yang masih hidup diusir dari Madinah .
e.    Perang Bani Musthaliq
Peperangan ini terjadi di bulan Sya'ban tahun keenam Hijrah. Latar belakang peperangan ini karena adanya informasi yang diterima oleh Nabi (s.a.w) bahwa pimpinan qabilah Bani musthaliq yang bernama al-Harith bin Abi Dhirar, menghimpun kaumnya dan suku-suku bangsa Arab yang dibawah pengaruhnya untuk bergerak ke arah Madinah memerangi kaum muslimin.
Maka Beliau mengutus Buraidah bin al-Hasib al-Aslami untuk memastikan kebenaran informasi tersebut. Buraidah pun pergi dan menemui al-Harith bin Abi Dhirar dan bercakap dengannya. Setelah yakin dengan keterangannya, Buraidah kembali dan menemui Nabi serta menyampaikan kabar yang diterima. Setelah yakin dengan informasi ini, Beliau menghimpun para sahabat dan cepat-cepat berangkat, tepatnya dua hari sebelum habisnya bulan sya’ban.
Al-Harith bin Dhirar telah mengutus mata-mata, untuk mengetahui pergerakan pasukan muslimin, tapi kaum muslimin sempat menangkapnya dan terus dibunuh. Setelah al-Harith bin Abi Dhirar mengetahui tentang pergerakan Nabi dan kematian mata-matanya, Beberapa kabilah Arab yang sebelumnya ikut dengan Al-harits, akhirnya melepaskan diri.
Nabi sampai ke kawasan bernama al-Muraisi' yang merupakan mata air Bani musthaliq di daerah Qudaid. Nabi dan tentara Islam bersiap-siap untuk perang. Bendera Muhajirin diserahkan kepada Abu Bakar al-Siddiq dan bendera al-Ansar diserahkan kepada Saad bin Ubadah. Pada awal pertempuran kedua belah pihak hanya saling melepaskan anak panah, setelah itu Nabi memerintah supaya dibuat satu serangan yang mantap serentak, ternyata cara ini sanagat efektif, sehingga pasukan muslimin dapat menundukkan pasukan musyrikin, di mana peperangan berakhir dengan kemenangan total kepada tentara Islam.
Kaum musyrikin menerima kekalahan yang telak di mana banayak dari mereka terbunuh dan sebahagian yang lain ditawan, Nabi menawan kaum wanita, anak-anak dan kambing ternak mereka, dari tentera Islam hanya seorang saja yang terbunuh dari kaum al-Ansar itu pun karena disangka musuh.
Di antara kaum wanita yang ditawan adalah putri pemimpin kaum tersebut yang bernama : Juwairiah binti al-Harits. Wanita tersebut, kemudian dinikahi Rasulullah setelah dimerdekakan. Maka dengan sebab pernikahan tersebut, kaum muslimin memerdekakan budak-budak mereka dari Bani Musthaliq yang masuk Islam. Karenanya mereka disebut: Besan Rasulullah.
f.    Perang Khaibar
Setelah mengadakan perdamaian dengan pihak Quraisy, melalui Perjanjian Hudaibiyah, Nabi saw. memfokuskan perhatian untuk mengatasi kemelut yang ditimbulkan oleh orang-orang Yahudi yang bersekutu. Nabi saw memutuskan untuk menyelesaikan persoalan kelompok Yahudi yang tinggal di khaibar setelah beliau saw. menyelesaikan persoalan orang-orang yahudi yang tinggal di Madinah. Orang-orang Yahudi di Khaibar mempunyai benteng-benteng pertahanan yang kuat, dan di sana terdapat sekitar 10.000 pejuang, wilayah mereka berbenteng sangat kuat, cerdik mengadu domba, menghasut dan kasak-kusuk. serta mereka mempunyai perlengkapan persenjataan yang memadai seperti pedang dan amunisi (peralatan perang), dan mereka adalah orang-orang yang suka membuat tipu muslihat dan berkhianat.
Lambat atau cepat mereka pasti membahayakan kaum Muslimin. Oleh karena itu, persoalan mengenai mereka harus segera di selesaikan sebelum mereka menjadi sumber keguncangan dan kepanikan buat orang-orang Muslim di ibu kota Madinah. Oleh karena itu Nabi mempersiapkan pasukan yang akan berangkat ke Khaibar pada penghujung bulan Muharram tahun itu juga, maka para pejuang muslim keluar menuju Khaibar yang berjumlah sekitar 1600 pejuang, di antara mereka 200 pasukan berkuda, serta mengajak orang-orang yang ada di sekitarnya yang menyaksikan perdamaian Hudaibiyah, Perang ini terjadi di penghujung bulan Muharram tahun 7 Hijriah. Khaibar adalah nama daerah yang dihuni oleh orang-orang Yahudi, terletak 100 mil dari Madinah, di belahan utara ke arah Syam (Syiria).
Perang Khaibar merupakan perang untuk menaklukkan Yahudi. Masyarakat Yahudi Khaibar paling sering mengancam pihak Madinah melalui persekutuan Quraisy atau Gatafan. Setibanya di sana Nabi memilih suatu tempat di dekat benteng Natha, sebagai tempat mengkonsentrasikan kekuatan tentara Islam. Akan tetapi seorang sahabat Habbab bin Munzir mengusulkan agar Nabi memindahkan konsentrasi itu ke tempat lain saja, karena di benteng Natha itulah musuh mengkonsentrasikan kekuatan tentaranya. Mereka yang ditempatkan di benteng itu terkenal sebagai tentara-tentara jago tembak (pemanah-pemanah mahir). Mereka juga dapat secepat kilat membombandir pasukan Islam, karena mereka bisa mengetahui posisi pasukan Nabi melalui tempat-tempat pengintaian yang ada di atas pohon-pohon korma di sekeliling benteng. Nabi segera memindahkan konsentrasi pasukan ke sektor yang lebih aman.
Pasukan Muslimin yang dipimpin Nabi Muhammad SAW menyerang benteng pertahanan Yahudi di Khaibar. Pasukan Muslim mengepung dan memutuskan aliran air ke benteng Yahudi. Peperangan pun pecah. Satu demi satu benteng Yahudi dapat di kuasai, kecuali dua benteng terakhir. Di sini tentara-tentara Yahudi bertahan dengan gigih sekali sehingga banyak korban yang jatuh, baik di pihak Islam apalagi di pihak mereka. Perang Khaibar menelan korban 93 orang dari pihak Yahudi dan 15 orang dari pihak Islam. Akhirnya pasukan Muslim memenangkan pertempuran serta menguasai daerah Khaibar. Pihak Yahudi meminta Nabi SAW untuk tidak mengusir mereka dari Khaibar. Sebagai imbalannya, mereka berjanji tidak lagi memusuhi Madinah dan menyerahkan hasil panen kepada kaum Muslim.
g.   Perang Fathu Makkah
Selam dua tahun perjanjian hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam sudah menjangkau seluruh jazirah Arab dan mendapat tanggapan yang positif. Hampir seluruh jazirah Arab, menggabung diri dalam Islam. Hal ini membuat orang-orang makkah merasa terpojok. Perjanjian Hudaibiyah ternyata menjadi senjata bagi ummat Islam untuk memperkuat dirinya. Oleh karena itu secara sepihak orang-orang kafir Quraisy membatalkan perjanjian tersebut
Perjanjian Hudaibiyah membolehkan setiap kabilah Arab manapun untuk menggabungkan diri ke dalam barisan Nabi saw. atau ke dalam barisan kaum kafir Quraisy. Bani Bakar memilih menggabungkan diri ke dalam barisan kaum Quraisy, sementara Bani Khuza’ah ke dalam barisan Nabi (Islam).
Pada tahun 8 Hijriah ini Bani Bakar terlibat dalam konflik dengan Bani Khuza’ah dimana kelompok kedua ini menderita kematian 20 orang anggotanya. Dalam konflik ini, kaum Quraisy memberikan bantuannya kepada Bani Bakar. Mengetahui hal itu Nabi tidak senang kepada kaum Quraisy dan secara diam-diam beliau melakukan persiapan untuk memerangi mereka itu. Akan tetapi, rahasia ini dibocorkan oleh seorang yang bernama Hatib bin Abu Baltaah Al-Badry, melalui surat rahasianya kepada kaum kafir Quraisy.
Setelah mengetahui pembocoran ini, Nabi saw. memerintahkan beberapa orang sahabat untuk menyelidiki kebenarannya. Kemudian Nabi memanggil wanita yang membawa surat itu, dan menanyakan mengapa ia berbuat demikian. “Wahai Nabi, Demi Alllah, saya beriman kepada-Nya dan kepada Nabi. Aku tidak bergeser dari situ. Tetapi di kalangan kaum Muslimin ini aku merupakan seseorang yang tidak mempunyai keluarga dan keturunan terhormat, pada hal aku mempunyai putra dan sanak famili di Makkah (kaum Quraisy).
Hal ini kulakukan agar mereka itu menghormati dan menghargai keluargaku,” jawab wanita itu. Mendengar keterangan tersebut, marahlah Umar seraya minta kepada Nabi agar mengizinkannya membunuh wanita itu, dengan alasan orang itu telah munafik. Tetapi Nabi menjawab, “Dia tidak usah dibunuh, karena dia telah ikut serta dalam Perang Badar. Bukankah engkau sendiri sudah tahu, Allah telah memberikan penghormatan kepada orang-orang Islam yang turut berperang di Badar. Sebaiknyalah kita maafkan dia.”
Yang dimaksud dengan Perang Fatah ialah peperangan menaklukkan kota Makkah. Ini terjadi pada bulan Ramadhan tahun 8 Hijriah. Pada tanggal 10 Ramadhan berangkatlah Nabi dengan membawa 10.000 tentara menuju Makkah. Dalam perjalanan itu Nabi dan rombongan berbuka. Di tengah perjalanan itu pula anggota pasukan bertambah, karena beberapa kelompok orang Arab menggabungkan diri. Sementara itu regu pengawal berhasil menawan Abu Sofyan dan dua orang kawannya, lalu ia masuk Islam.
Pasukan Islam memasuki kota Makkah tanpa perlawanan yang berarti dari penduduknya. Nabi terus menghancurkan patung-patung yang berjumlah tidak kurang dari 360 buah, di dalam dan di luar Ka’bah, lalu tawaf. Setelah melakukan shalat dua rakaat, berdirilah Nabi di pintu seraya mengatakan, “Wahai seluruh orang Quraisy, bagaimana tanggapan kamu terhadap apa yang saya lakukan ini?”, “Engkau telah melakukan sesuatu yang baik. Engkau adalah seorang yang mulia. Engkaulah saudara kami yang paling baik,” jawab mereka. “Pada hari ini saya nyatakan kepada kamu, seperti yang pernah dinyatakan oleh Nabi Yusuf dahulu. Tidak ada apa-apa lagi pada hari ini.
Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa-dosa yang telah kamu lakukan selama ini. Bertebaranlah, karena kamu telah dibebaskan,” kata Nabi saw. Demikianlah pidato Nabi pada hari penaklukan kota Makkah. Semua penduduknya menyatakan masuk Islam, baik pria maupun wanita, termasuk isteri Abu Sofyan yang semula dikecualikan, karena selama ini dia sangat memusuhi Islam. Kemudian pada waktu shalat zhuhur hari itu Nabi menyuruh Bilal azan di atas Ka’bah menandakan keagungan Islam.
Selain asumsi tersebut diatas, Peristiwa Fath al-Makkah memeberi anggapan kepada kaum Quraisy bahwa kekuatan kaum Muslim telah hancur akibat kalah perang di Mu'tah. Kaum Quraisy beranggapan Perjanjian Hudaibiyah (6H) tidak penting lagi, maka mereka mengingkarinya dan menyerang Bani Khuza'ah yang berada dibawa perlindungan kaum Muslim. Nabi Muhammad SAW segera memerintahkan pasukan Muslimin untuk menghukum kaum Quraisy. Pasukan Muslimin tidak mendapat perlawanan yang berarti, kecuali dari kaum Quraisy yang dipimpin Ikrimah dan Safwan. Fath al-Makkah terjadi di sekitar kota Mekah., Berhala di kota Mekah dihancurkan dan akhirnya banyak kaum Quraisy masuk Islam .
h.   Perang Hunain
Setelah kejatuhan pusat kekuatan kaum musyrikin oleh kaum Muslimin, para penyembah berhala itu tetap diperbolehkan tinggal di sekeliling Ka’bah. Mereka merasa malu dan bagitu ketakutan. Oleh karena itu, mereka mengundang kabilah masing-masing untuk berkumpul. Mereka memutuskan bahwa untuk mengalahkan kaum Muslimin, hendaknya mereka bersekutu dalam menghancurkan pasukan Muslimin itu.
Dalam pertemuan itu, diputuskanlah kepala kabilah Hawazan sebagai panglima mereka. Perang Hunain berlangsung antara kaum Muslim melawan kaum Quraisy yang terdiri dari Bani Hawazin, Bani Saqif, Bani Nasr dan Bani Jusyam. Perang Hunain merupakan balas dendam kaum Quraisy karena peristiwa Fath al-Makkah. Pada awalnya pasukan musuh berhasil mengacaubalaukan pasukan Islam sehingga banyak pasukan Islam yang gugur. Perang ini terjadi di Lembah Hunain, sekitar 70 km dari Mekah.
Perang ini terjadi pada tangal 10 Syawal tahun 8 Hijriah, yaitu beberapa hari setelah penaklukan kota Makkah. Awalnya ialah pemimpin-pemimpin kabilah Hawazin dan Tsaqif khawatir kalau setelah Makkah takluk akan tiba giliran mereka ditaklukkan. Karena itu mereka berinisiatif untuk menyerang kaum Muslimin lebih dahulu. Dikumpulkanlah seluruh rakyat berikut semua harta benda yang mereka miliki untuk dibawa ke medan perang. Pasukan mereka itu dipimpin oleh Malik bin Auf, dengan pasukan yang jumlahnya hampir mencapai 30 ribu prajurit.
Di pihak Islam, Nabi mengomandokan kaum Muslimin agar bersiap-siap untuk menghadapi tantangan itu. Pasukan Islam yang terdiri dari sahabat-sahabat Nabi yang telah lama masuk Islam dan yang baru, keluar bersama Nabi. Sesampainya di Lembah Hunain, mereka disergap oleh tentara-tentara Hawazin dan sekutu-sekutunya. Tetapi serbuan mendadak ini berhasil diatasi, sehingga orang-orang sibuk mengambil harta benda yang ditinggalkan oleh musuh. Dalam kesibukan itulah musuh kembali mengambil inisiatif untuk kembali menyerang dan mengakibatkan porak-porandanya pasukan Islam. Mereka semakin kocar-kacir setelah mendengar kabar bahwa Nabi telah terbunuh.
Berkali-kali Nabi menyerukan bahwa dirinya masih hidup, tetapi hanya beberapa kelompok Muhajirin dan Anshar saja yang tetap bertahan. Kemudian Abbas kembali meneriakkan hal yang sama sehingga berhasil mengumpulkan pasukan yang sudah kacau-balau itu, bahkan berhasil kembali mengungguli musuh dan memboyong harta rampasan yang berlimpah ruah.
Pasukan Muslimin tiba di lembah Hunain pada malam Selasa tanggal 10 Syawal. Pasukan Islam beristirahat di tempat itu. Rencananya, mereka akan bergerak memasuki lembah Hunain pada Shubuh hari. Pihak musuh yang telah siaga menyambut kedatangan mereka dengan bersembunyi di balik ilalang. Setelah melihat musuh menampakkan diri, mereka lalu menyergap dari empat penjuru. Di tengah kegelapan malam, kuda-kuda yang ditunggangi pasukan Muslimin itu membuat kegaduhan. Kegaduhan ini menjadi ramai oleh sekitar 2.000 muallaf (Muslim baru). Para muallaf itu melarikan diri, dipimpin oleh Khalid bin Walid. Pelarian diri itu telah membuat musuh menjadi tambah semangat untuk menceraiberaikan pasukan Muslimin. Hanya 10 orang sahabat yang bersiaga di samping Nabi saw. Merekalah yang membela beliau dari ancaman pedang musuh. beliau memerintahkan mereka untuk lari mencari pertolongan .
i.     Perang Tabuk
Adanya peristiwa penaklukan kota Mekah membuat seluruh Semenanjung Arabia berada di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Melihat kenyataan itu, Heraklius, penguasa Romawi Timur, menyusun pasukan besar untuk menyerang kaum Muslim. perang ini terjadi di kota Tabuk, perbatasan antara Semenanjung Arabia dan Syam (Suriah). Pasukan Muslimin kemudian menyiapkan diri dengan menghimpun kekuatan yang besar karena pada masa itu banyak pahlawan Islam yang menyediakan diri untuk berperang bersama Nabi SAW. Pasukan Romawi mundur menarik diri setelah melihat besarnya jumlah pasukan Islam. Nabi SAW tidak melakukan pengejaran tetapi berkemah di Tabuk. Di sini Nabi SAW membuat perjanjian dengan penduduk setempat sehingga daerah perbatasan tersebut dapat dirangkul dalam barisan Islam.
Pada bulan Rajab tahun ke-9 H, Nabi saw. menerima laporan bahwa kaum Muslimin yang bermukim di barat daya perbatasan Arabia, mendapat ancaman dari kekaisaran Romawi dan berhajat untuk menyerang wilayah-wilayah Islam. Setelah mempersiapkan pasukan, Nabi saw mengumumkan rencananya kepada khalayak ramai. Cara ini berbeda dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat sebelumnya. Dahulu, beliau merahasiakan niatnya. Kali ini beliau memberitahukan kepada khalayak secara terbuka. Masyarakat mempersembahkan segala sesuatu yang diperlukan oleh pasukan Muslimin. Mereka dengan antusias dan penuh semangat mengorbankan harta, bahkan kaum wanita merelakan simpanan perhiasan mereka untuk digunakan dalam peperangan .
Ada tiga orang sahabat yang bersedia mengeluarkan biaya untuk keperluan itu. Abu Bakar menginfakkan 40.000 dirham, Umar menyedekahkan seperdua dari nilai kekayaannya, dan Utsman pun begitu. Namun uang sebesar itu baru bisa menutup sepertiga ongkos perang atau baru bisa membiayai pasukan sejumlah 10.000 orang. Padahal Nabi berhasil menghimpun 30.000 orang tentara yang terdiri atas 20.000 infanteri dan 10.000 orang tentara berkuda (kavaleri). Ini merupakan pasukan terbesar sepanjang sejarah peperangan bangsa-bangsa Arab, sampai dewasa ini.
Nabi dan pasukannya segera mencapai Desa Tabuk. Tetapi setelah bersiaga selama lebih kurang 20 hari, ternyata pasukan Romawi dan sekutu-sekutunya tidak juga kunjung datang, sehingga Nabi pulang ke Madinah.


3.    Haji Wada’
Dalam perjalanan hidup Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, salah satu momen besar yang menjadi perpisahan beliau dengan umatnya adalah peristiwa haji wada’, haji perpisahan. Saat itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memperlihatkan sebagian buah dari dakwah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebelum beliau berpulang ke Rafiqul A’la, beliau diperlihatkan hampir semua wilayah di Jazirah Arab telah menerima cahaya Islam. Orang-orang berbondong-bondong memeluk agama Allah. Agama Islam telah kokoh. Bendera-bendera tauhid telah berkibar di berbagai tempat. Dan Mekah telah kembali kepada hakikatnya, dimana Allah ditauhidkan dan tidak disekutukan dengan sesuatu apapun.
Pada akhir tahun 10 H, tampaklah beberapa tanda yang mengindikasikan bahwa ajal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah dekat. Hal ini merupakan salah satu bentuk rahmat dan kasih sayang Allah kepada kaum muslimin. Dengan tanda-tanda tersebut mereka bisa mempersiapkan jiwa mereka untuk menerima suatu musibah berat yang akan menimpa mereka. Karena tidak ada musibah yang lebih berat bagi para sahabat melebihi musibah ditinggal oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di antara tanda-tanda tersebut adalah ditaklukkannya Kota Mekah, masuk Islamnya tokoh-tokoh Bani Tsaqif di Thaif, kedatangan delegasi dan utusan negara-negara non-Islam menuju Madinah untuk memeluk Islam, dll. Ini beberapa tanda yang menunjukkan sudah dekatnya ajal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Imam an-Nasa-i meriwayatkan dalam kitab Tafsirnya, bahwa Ibnu Abbas mengatakan tentang surat an-Nashr ini: “Ketika diturunkan, ia (surat an-Nashr) mengabarkan wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka beliau lebih meningkatkan ketekunan dalam urusan akhirat” (Tafsir an-Nasa-i).
Sebelumnya, pada bulan Ramadhan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf selam 20 hari, padahal di tahun-tahun sebelumnya beliau hanya melakukannya 10 hari saja. Saat i’tikaf adalah saat dimana seseorang menyibukkan diri beribadah kepada Allah dan mengurangi interaksi dengan orang di sekitarnya. Ini merupakan pembelajaran dan persiapan bagi para sahabat. Beliau mengurangi dan sedikit berinteraksi dengan mereka, sebelum nanti beliau akan meninggalkan mereka selamanya.
Demikian juga di bulan Ramadhan di tahun tersebut, Jibril yang biasanya menyimak bacaan Alquran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam satu kali khatam. Namun pada tahun itu Jibril menyimak dengan dua kali khatam.
Sesungguhnya Jibril ‘alaihissalam menyimak Alquran yang dibacakan Nabi sekali pada setiap tahunnya, dan pada tahun wafatnya Nabi, Jibril menyimaknya dua kali. (Muttafaqun ‘alaihi).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berpesan kepada Muadz bin Jabal yang beliau utus ke Yaman. Beliau bersabda,
4.      يَا مُعَاذُ، إِنَّكَ عَسَى أَنْ لا تَلْقَانِي بَعْدَ عَامِي هَذَا، أَوْ لَعَلَّكَ أَنْ تَمُرَّ بِمَسْجِدِي هَذَا أَوْ قَبْرِي
“Wahai Muadz sesungguhnya engkau mungkin tidak bertemu aku lagi setelah tahun ini, dan mungkin saja engkau akan melewati masjidku ini dan kuburanku ini.” Maka Mu’adz pun menangis takut berpisah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (HR. Ahmad).
Pada bulan Dzul Qa’dah tahun 10 H, mulailah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersiapkan diri untuk menunaikan haji yang pertama sekaligus yang terakhir dalam kehidupan beliau. Yang kemudian dicatat sejarah dengan istilah haji wada’. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyeru kaum muslimin dari berebagai kabilah untuk menunaikan ibadah haji bersamanya. Diriwayatkan, jamaah haji pada tahun itu berjumlah lebih dari 100.000 orang bahkan lebih.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat dari Madinah menuju Mekah saat bulan Dzul Qa’dah tersisa empat hari lagi. Beliau berangkat setelah menunaikan shalat zuhur dan sampai di Dzil Hulaifah sebelum ashar. Di tempat itu, beliau menunaikan shalat ashar dengan qashar, kemudian mengenakan pakaian ihram.
Setelah menempuh delapan hari perjalanan, sampailah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tanah kelahirannya, tanah suci Mekah al-Mukaramah. Beliau berthawaf di Ka’bah, setelah itu sa’i antara Shafa dan Marwa. Pada tanggal 8 Dzul Hijjah 10 H, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat menuju Mina. Beliau shalat zuhur, ashar, maghrib, dan isya di sana. Kemudian bermalam di Mina dan menunaikan shalat subuh juga di tempat itu.
Setelah matahari terbit, beliau berangkat menuju Arafah. Setelah matahari mulai bergeser, condong ke Barat, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai memberikan khotbah. Dan tempat dimana beliau berkhothbah, dibangun sebuah masjid pada pertengahan abad ke-2 H oleh penguasa Abbasiyah dan diberi nama masjid Namirah. Di akhir khotbahnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَأَنْتُمْ تُسْأَلُونَ عَنِّى فَمَا أَنْتُمْ قَائِلُونَ؟ قَالُوا نَشْهَدُ أَنَّكَ قَدْ بَلَّغْتَ وَأَدَّيْتَ وَنَصَحْتَ. فَقَالَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ يَرْفَعُهَا إِلَى السَّمَاءِ وَيَنْكُتُهَا إِلَى النَّاسِ « اللَّهُمَّ اشْهَدِ اللَّهُمَّ اشْهَدْ ». ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
Kalian akan ditanya tentangku, apakah yang akan kalian katakan? Jawab parahabat: kami bersaksi bahwa sesungguhnya engkau talah menyampaikan (risalah), telah menunaikan (amanah) dan telah menasehati. Maka ia berkata dengan mengangkat jari telunjuk kearah langit, lalu ia balikkan ke manusia: Ya Allah saksikanlah, Ya Allah saksikanlah, sebanyak 3x” (HR. Muslim).
Setelah beliau berkhotbah, Allah Ta’ala menurunkan ayat:
اليَومَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS. Al-Maidah: 3).
Pada saat turun ayat tersebut, Umar bin Khattab pun menangis. Lalu ditanyakan kepadanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?”
Umar menjawab, “Sesungguhnya tidak ada setelah kesempurnaan kecuali kekurangan.”
Dari ayat tersebut, Umar merasakan bahwa ajal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah dekat. Apabila syariat telah sempurna, amak wahyu pun akan terputus. Jika wahyu telah terputus, maka tiba saatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali ke haribaan Rabnya Jalla wa ‘Ala. Dan itulah kekurangan yang dimaksud Umar, yakni kehilangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari sini juga kita mengetahui keagungan Kota Mekah; di sanalah syariat yang suci ini dimulai dan di sana pula syariat disempurnakan. Dalam kesempatan lainnya, -di Mina- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali berkhotbah:
Sesungguhnya setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadal (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari).
Kemudian beliau bersabda, “Bulan apa ini?” Kami (para sahabat) menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau diam sampai-sampai kami mengira beliau akan mengganti nama bulan ini. Lalu beliau kembali bersabda, “Bukankah ini bulan Dzul Hijjah?” Para sahabat menjawab, “Betul.”
Beliau melanjutkan, “Negeri apa ini?” Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau kembali diam sampai-sampai kami mengira beliau akan mengganti nama tempat ini. Lalu beliau bersabda, “Bukankah ini negeri al-haram?” Kami menjawab, “Iya, ini tanah haram.”
Beliau melanjutkan, “Lalu, hari apa ini?” Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau kembali diam sampai-sampai kami mengira beliau akan mengganti nama hari ini.
Lalu beliau bersabda, “Bukankah ini hari nahr (menyembelih kurban)?” Kami menjawab, “Iya, ini hari nahr.”
Kemudian beliau bersabda,
فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ، وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا، فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، إِلَى يَوْمِ تَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ، أَلا هَلْ بَلَّغْتَ؟
Sesungguhnya darah dan harta kalian haram seperti sucinya hari kalian ini di negeri kalian ini dan di bulan kalian ini sampai hari dimana kalian berjumpa dengan Rabb kalian. Bukankah aku telah menyampaikan?”
Para sahabat menjawab, “Iya, Anda telah menyampaikan.”
فَلْيُبِلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ، فَرُبَّ مُبَلَّغٍ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ، فَلا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ
Maka, hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, karena terkadang yang disampaikan lebih mengerti dari yang mendengar langsung. Janganlah kalian kembali kufur sepeninggalanku, sebagian kalian saling membunuh sebagaian lainnya.”
Setelah khotbah ini, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mencukur rambutnya kemudian menunggangi kendaraannya berangkat menuju Mekah untuk melakukan thawaf ifadhah dan shalat zuhur di Mekah. Di sana beliau meminum air zamzam. Setelah itu, kembali lagi ke Mina dan bermalam di sana.
Pada tanggal 11 Dzul Hijjah, saat matahari mulai tergelincir ke barat, beliau menuju jamarat untuk melempar jumrah. Dan di sana beliau kembali berkhotbah. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abi Nadhrah, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاُس، إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ، وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلاَ لاَ فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ، وَلاَ لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ، وَلاَ لأَحْمَرَ عَلىَ أَسْوَدَ، وَلاَ أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلاَّ بِالتَّقْوَى
Ingatlah bahwa Rabb kalian itu satu, dan bapak kalian juga satu. Dan ingatlah, tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang ajam (non-Arab), tidak pula orang ajam atas orang Arab, tidak pula orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, dan tidak pula orang berkulit hitam di atas orang berkulit merah; kecuali atas dasar ketakwaan.”
Kemudian beliau bertanya, “Bukankah aku telah menyampaikan?”
Para sahabat menjawab, “Rasulullah telah menyampaikan.”
Setelah itu beliau mengingatkan kembali tentang haramnya mengganggu harta, menumpahkan darah, dan menciderai kehormatan. Lalu memerintahkan para sahabat untuk menyampaikannya kepada yang tidak hadir.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menetap di Mina di hari tasyrik yang ke-3. Setelah itu menuju ke Mekah untuk melaksanakan thawaf wada’. Kemudian beliau langsung berangkat menuju Madinah. Dan berakhirlah prosesi haji yang beliau lakukan.
Inilah momen terbesar berkumpulnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan umatnya untuk terakhir kalinya. Beliau mengulang-ulang ucapan “bukankah aku telah menyampaikan?” persaksian dari umatnya sendiri bahwa beliau telah menyampaikan risalah yang telah Allah amanahkan kepada beliau. Sekaligus sebagai pertanda sudah dekatnya ajal beliau.
Kurang lebih tiga bulan kemudian, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi untuk selama-lamanya, meninggalkan dunia fana ini menuju Rabnya. Beliau berpisah dengan sahabat-sahabatnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menunaikan amanah, menasihati umat, dan telah berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benarnya. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam.



BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya masa nabi Muhammad Saw terbagi menjadi dua fase (periode) yaitu Fase Makkah dan Madinah.
1.         Pada fase Makkah hanya ditekankan pada bidang dakwah. Dimana pada fase ini nabi Muhammad saw melakukan dakwah secara diam-diam dan terang-terangan dikarenakan keadaan kaum Quraisy yang menolak islam pada saat itu.
2.         Sedangkan pada fase Madinah terjadi beberapa peristiwa penting yang tercatat dalam sejarah islam diantaranya adalah hijrahnya nabi Muhammad saw, peperangan dalam islam, haji wada’ serta diturunkannya ayat terakhir oleh Allah swt.
B.       Saran
Adapun saran dari penyusun, sebaiknya mahasiswa lebih banyak membaca tentang sejarah islam agar mereka lebih memahami tentang perjuangan Rasulullah saw dan dapat meneladani sifat-sifatnya.



DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Dudung. 2003. Sejarah Peradaban Islam dari masa Klasik hingga Modern.Cetakan Pertama.
Ali Muhammad. 2007. Inilah Nabi Muhammad.Jakarta Pusat. Darul Kutub iIslamiah.
Anonim. 2010. Haji Wada Perpisahan Rasulullah Dengan Umatnya. https: //kisahmuslim.com/4648-haji-wada-perpisahan-rasulullah-dengan-umatnya.html. Diakses pada tanggan 09 Oktober 2016.
Anonim. 2010. Berita Ensiklopedia Islam Digest Berbagui Peristiwa Seputar Hijrah RASULULLAH Saw.http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/islam-digest/10/12/08/151094-berbagai-peristiwa-seputar-hijrah-rasulullah-saw. Diakses pada tanggan 09 Oktober 2016.
Anonim.2011.Riwayat-Hidup-Nabi-Muhammad Saw.http://fariez106. blogspot.co.id /2011/12/riwayat-hidup-nabi-muhammad-saw.html. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2016).
Anonim. 2011. Peristiwa Fathu Makkah. https: //amaliahasanah. wordpress.com/ 2011/04/26/peristiwa-fathu-makkah/. Diakses pada tanggan 09 Oktober 2016.
Anonim. 2014. Kisah Diangkatnya Nabi Muhammad. Saw. http://osishapira21. Blogspot.co.id/2014/02/kisah-diangkatnya-nabi-muhammad-saw.html.
Diakses pada tanggan 09 Oktober 2016.
Anonim. 2014. Hijrah Nabi Muhammad Saw Ke Madinah. http:// mzgroup4all .blogspot.co.id/2014/02/hijrah-nabi-muhammad-saw-ke-madinah.html.
Diakses pada tanggan 09 Oktober 2016.
Anonim. 2015. Kisah Kerasulan Nabi Muhammad. http://fidiaayesha.Blogspot .co.id/2015/03/kisah-kerasulan-nabi-muhammad-saw.html.
Diakses pada tanggan 09 Oktober 2016.

Anonim. 2015. Perjalanan Tentang Sejarah Kisah Hijrah. http://katus-kreativsagok. blogspot.co.id/2015/01/perjalanan-tentang-sejarah-kisah-hijrah.html.
Diakses pada tanggan 09 Oktober 2016.

Anonim.https://islamqa.info/id/21916. Diakses pada tanggan 09 Oktober 2016.
Diakses pada tanggan 09 Oktober 2016.

Haekal Husain Muhammad. 1992. Sejarah Hidup Muhammad. Pusaka litera Antar Nusa. Bogor Baru.
Nasriah St. 2014. Sejarah Dakwah. Alauddin University Press. Makassar.